Beranda | Artikel
Khutbah Jumat: Kehidupan Thayyibah
Sabtu, 22 Januari 2022

Khutbah Jumat: Kehidupan Thayyibah ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Jum’at, 18 Jumadil Akhir 1443 H / 14 Januari 2022 M.

Khutbah Pertama Tentang Kehidupan Thayyibah

Sesungguhnya kenikmatan yang Allah berikan kepada orang-orang yang beramal shalih adalah kenikmatan yang melebihi orang-orang yang diberikan oleh Allah kenikmatan dunia berupa harta. Karena kenikmatan yang hakiki adalah nikmat hidayah, nikmat diberikan kepada kita kekuatan untuk senantiasa berbuat ketaatan. Karena sesungguhnya itulah kebahagiaan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Siapa yang beramal shalih baik laki-laki maupun wanita dan ia beriman kepada Allah, maka Kami akan hidupkan ia di dunia dengan hidup yang bahagia dan Kami akan berikan di akhirat balasan yang lebih baik dari apa yang mereka amalkan dalam kehidupan dunia.” (QS. An-Nahl[16]: 97)

Di sini Allah Subhanahu wa Ta’ala berjanji untuk setiap orang yang beriman dan beramal shalih. Beriman kepada Allah, mentauhidkanNya, menjauhkan kesyirikan, beramal shalih di atas dasar ilmu. Dimana ia senantiasa beramal dengan penuh keikhlasan dan sesuai dengan contoh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Maka siapapun yang beriman dan beramal shalih, maka Allah akan berikan kepada dia kehidupan yang thayyibah.

Apa yang dimaksud dengan kehidupan yang thayyibah dalam ayat ini? Sebagian ulama seperti Ibnu Abbas mengatakan الرزق الحلال (rezeki yang halal). Sebagian ulama seperti Ali bin Abi Thalib (Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam) menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan kehidupan yang thayyibah yaitu qanaah (hati yang senantiasa merasa cukup dengan apa yang Allah berikan).

Maka sesungguhnya ini merupakan pemberian yang luar biasa. Ketika seorang hamba diberikan oleh Allah kehidupan yang thayyibah, yang bahagia. Dan hakikat kebahagiaan adalah ketika hati kita dipenuhi dengan keimanan, ketika hati kita merasa cukup dengan apa yang Allah berikan, ketika hati kita dibersihkan oleh Allah dari berbagai macam penyakit-penyakitnya, ketika hati kita diberikan oleh Allah kelapangan.

Oleh karena itulah ketika Allah menyebutkan kenikmatan-kenikmatan yang Allah berikan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Allah menyebutkan nikmat yang pertama yaitu kelapangan hati. Allah berfirman:

أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ

“Bukankah Kami telah melapangkan dadamu?” (QS. Al-Insyirah[94]: 1)

Karena kelapangan dada disebabkan karena keimanan dan amal shalih kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketika seseorang beriman, mentauhidkan, senantiasa bermunajat kepada Allah, taqarrub (mendekatkan diri kepada Allah), dia pun keluh kesahkan semuanya kepada Allah, dia berusaha untuk sabar dengan berbagai macam ujian dan cobaan, ia ridha dengan ketentuan, pasti diberikan oleh Allah kelapangan hati.

Hati yang lapang, sehingga dia senantiasa merasa puas dengan apa yang Allah berikan walaupun itu sedikit. Hati yang lapang, sehingga pada waktu ia senantiasa tunduk dan patuh kepada aturan Allah ‘Azza wa Jalla. Hati yang lapang itulah yang menyebabkan hatinya dermawan, hatinya penuh kesabaran, hatinya yang sangat pemaaf kepada kesalahan manusia kepada dirinya. Hati yang lapang itulah kehidupan yang thayyibah yang Allah berikan kepada orang yang beriman dan beramal shalih. Karena sesungguhnya iman dan amal shalih itulah yang akan menjadi modal kita untuk masuk ke dalam surga Allah ‘Azza wa Jalla. Allah berfirman:

ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

“Masuklah kalian ke surga disebabkan oleh amalan kalian.” (An-Nahl[16]: 32)

Setiap kita hendaklah yang menjadi pikiran kita yang paling utama bagaimana saya bisa beramal shalih, bagaimana saya memperbaiki amalan shalih saya, bagaimana supaya amal saya diterima oleh Allah ‘Azza wa Jalla? Bukan sebatas bagaimana saya bisa melaksanakan amal tapi tidak pernah berpikir bagaimana diterima amal kita.

Ini dia Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘Anhuma, seorang sahabat yang mulia, beliau mengatakan:

لو أعلم أن صلاتي مقبولة لكن أحب إلي من كذا وكذا من الدنيا

“Kalaulah aku tahu bahwa satu shalatku diterima oleh Allah, tentu itu lebih aku sukai daripada ini dan itu dari kehidupan dunia.”

Maka seorang mukmin berusaha menyibukkan dirinya dan waktunya untuk beramal shalih dengan berbuat ketaatan, dengan mencari nafkah, dengan berbuat baik kepada manusia, dengan berusaha bagaimana hatinya pun terjaga dari berbagai macam fitnah.

Saudaraku, kebahagiaan di dunia hakekatnya adalah hati yang senantiasa tenang dan tenteram dengan mengingat Allah. Adapun orang yang diberikan oleh Allah kenikmatan yang banyak akan tetapi ia jauh dari ketaatan, walaupun terlihat ia gembira, walaupun terlihat oleh kita ia bersenang-senang, tapi hatinya sempit. Ia merasakan kegelisahan, ia merasakan kegundahan, karena sesungguhnya hatinya jauh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena hakikat kebahagiaan itu adalah pada hati, saudaraku.

Berbeda dengan orang yang senantiasa beriman dan beramal shalih, yang bertawakal kepada Allah. Walaupun diberikan harta yang sedikit, hatinya senantiasa tentram dan tenang, ia serahkan semua urusannya kepada Allah. Sehingga pada waktu itu ia pun merasa tenang dan tentram, ia tidak dijadikan galau dengan urusan dunia, hatinya tak pernah gelisah dengan urusan dunia, karena ia tahu bahwasannya jika ia serahkan kepada Allah maka Allah pasti memberikan padanya bantuan yang ia inginkan. Karena ia faham dunia hanyalah sesuatu yang sementara, dunia sesuatu yang fana, sesuatu yang akan kita tinggalkan.

Saudaraku, Allah mengatakan:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً…

Siapa yang beramal shalih baik laki-laki maupun wanita dan ia beriman kepada Allah, maka Kami akan hidupkan ia di dunia dengan kehidupan yang thayyibah…”

Di dunia diberikan kehidupan yang thayyibah, bagaimana dengan di akhirat?

وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Dan Kami akan berikan balasan dengan yang lebih baik dari amalan mereka (yaitu surga Allah Subhanahu wa Ta’ala).”

Di sana mereka bakal abadi, mereka di sana senantiasa nikmat, di sana mereka tak pernah sakit, di sana mereka senantiasa muda, di sana mereka tak pernah diberikan kegalauan/kegelisahan/kesedihan/kegundahan, tidak demi Allah. Yang ada dalam surga dalam kegembiraan sebagai balasan untuk mereka karena dahulu di dunia merasa takut kepada Allah, maka Allah pun berikan keamanan dalam kehidupan akhirat yang sentosa.

Adapun orang-orang yang tidak takut kepada Allah, yang tidak beriman dan tidak beramal shalih, maka yang akan ia dapatkan adalah kesempitan hidup di dunia dan kesempitan dalam alam kubur dan kesempitan dalam api neraka.

إِنَّهَا عَلَيْهِم مُّؤْصَدَةٌ ‎﴿٨﴾‏ فِي عَمَدٍ مُّمَدَّدَةٍ ‎﴿٩﴾

“Sesungguhnya api neraka akan ditutup rapat atas mereka dan merekapun diikat dalam tiang-tiang.” (QS. Al-Humazah[104]: 8-9)

Akibat daripada hati mereka tertutup dari menerima kebenaran, akibat mereka mengikatkan hatinya dengan hawa nafsunya. Akhirnya Allah pun balas dengan cara yang sama, Allah tutup rapat dalam api neraka dan Allah ikat ia dalam tiang-tiang, dalam tempat yang sangat sempit dan sangat panas.

Bayangkan saudaraku, inilah seorang mukmin kehidupannya senantiasa diberikan oleh Allah kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Khutbah kedua: Kehidupan Thayyibah

Amalan shalih tak akan pernah lurus tanpa ilmu yang benar, ilmu yang berdasarkan pada wahyu, ilmu yang berdasarkan kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulillah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Maka siapapun yang ingin beramal shalih, hendaklah ia menuntut ilmu. Agar amalnya diterima oleh Allah, agar amalnya sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Jangan sampai dia menganggap itu amal shalih, ternyata disisi Allah tidak shalih. Karena sesuatu disebut amal shalih yaitu yang menurut Allah dan RasulNya sebagai amalan shalih, bukan menurut kita baik. Karena sesuatu yang menurut kita baik belum tentu disisi Allah sebagai amalan shalih.

Oleh karena itu saudaraku, di situ Allah menyifati amal dengan amalan shalih untuk memberitahu kepada kita bahwasanya amal itu hendaknya sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan tidak mungkin kita bisa mengetahui bagaimana tatacara ibadah Rasulullah kalau kita tidak duduk di majelisnya ilmu, kalau kita tidak berusaha mempelajari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Maka saudaraku, marilah kita makmurkan masjid-masjid Allah dengan menuntut ilmu Allah (selain shalat berjamaah). Mari kita berusaha menggali agama ini. Karena sesungguhnya kita akan hidup di dunia sementara, di kubur kita akan ditanya tentang tiga perkara. Yang pertama adalah siapa Rabbmu, yang kedua siapa Nabimu, dan yang ketiga apa agamamu? Dan itu tidak mungkin bisa dijawab dengan hafalan, saudaraku. Tapi harus dengan menuntut ilmu dan amal.

نَمْ كَنَوْمَةِ الْعَرُوسِ

“Tidurlah kamu seperti tidurnya pengantin.” (HR. Tirmidzi)

Download mp3 Khutbah Kehidupan Thayyibah

Jangan lupa untuk ikut membagikan link download “Kehidupan Thayyibah” ini kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau yang lainnya. Semoga menjadi pembukan pintu kebaikan bagi kita semua.


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51324-khutbah-jumat-kehidupan-thayyibah/